Buton
adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah tenggara Pulau Sulawesi. Pada
zaman dahulu di daerah ini pernah berdiri kerajaan Buton yang kemudian
berkembang menjadi Kesultanan Buton. Buton dikenal dalam Sejarah
Indonesia karena telah tercatat dalam naskah Nagarakretagama karya
Prapanca pada Tahun 1365 Masehi dengan menyebut Buton
atau Butuni sebagai Negeri (Desa)Keresian atau tempat tinggal para resi
dimana terbentang taman dan didirikan lingga serta saluran air. Rajanya bergelar
Yang Mulia Mahaguru. Nama Pulau Buton juga telah dikenal sejak
zaman pemerintahan Majapahit. Patih Gajah Mada dalam Sumpah
Palapa, menyebut nama Pulau Buton. Konon katanya "asal usul
pulau Buton" ini terjadi akibat dari pergerakan lempeng kulit bumi
poros Ka'bah-Thuur.Dataran arabia adalah merupakan kecepatan awal
pergerakan kulit bumi mengarah ke timur laut Sulawesi. Pulau Sulawesi diambil
sebagai standar, mengingat Sulawesi berada ditengah-tengah antara Mekka
(dataran arab) dengan pulau Toamoto (dalam al-qur'an disebut Thuur) yang berada
di laut Pasifik Selatan 180 derajat dari Ka'bah. Bila kita membuka peta
bumi (world map), perhatikan laut kaspia di dataran Arabia, relief dan
struktur morfologisnya hampir sama dengan pulau Buton. Oleh karena itu,
apakah secara ilmiah memang ada hubungan geologis antara pulau Buton dengan
Laut Kaspia yang terdapat di dataran Arab?. Para peneliti geologi
dari GuelphUniversity Toronto Canada sekitar tahun 1993 lalu
telah melakukan penelitian struktur batuan yang terdapat di pulau Buton. Hasil
penelitian disimpulkan bahwa struktur batuan pulau Buton sama dengan yang
terdapat di dataran Arab dengan usia sekitar 138 juta tahun. Masih
diperlukan studi lebih lanjut oleh para ilmuwan untuk menguak tabir ini
sehingga Bangsa Arab tau bahwa ada bagian mereka yang hilang dan yang hilang
itu ada di pulau Buton. Cikal bakal negeri Buton untuk menjadi sebuah Kerajaan
pertama kali dirintis oleh kelompok Mia Patamiana (si empat orang)
yaitu Sipanjonga, Simalui, Sitamanajo, Sijawangkati yang oleh sumber
lisan mereka berasal dari Semenanjung Tanah Melayu pada akhir abad ke –
13. Mereka mulai membangun perkampungan yang dinamakan Wolio (saat ini berada
dalam wilayah Kota Bau-Bau serta membentuk sistem pemerintahan tradisional
dengan menetapkan 4 Limbo (Empat Wilayah Kecil) yaitu Gundu-gundu,
Barangkatopa, Peropa dan Baluwu yang masing-masing wilayah dipimpin oleh
seorang Bonto sehingga lebih dikenal dengan Patalimbona. Keempat orang
Bonto tersebut disamping sebagai kepala wilayah juga bertugas sebagai pelaksana
dalam mengangkat dan menetapkan seorang Raja. Selain empat Limbo yang
disebutkan di atas, di Buton telah berdiri beberapa kerajaan kecil seperti Tobe-tobe,
Kamaru, Wabula, Todanga dan Batauga. Maka atas jasa Patalimbona,
kerajaan-kerajaan tersebut kemudian bergabung dan membentuk kerajaan baru yaitu
Kerajaan Buton dan menetapkan WaKaaKaa (seorang wanita
bersuamikan Si Batara seorang turunan bangsawan Kerajaan Majapahit) menjadi Raja
I pada tahun 1332 setelah mendapat persetujuan dari keempat orang
bonto/patalimbona (saat ini hampir sama dengan lembaga legislatif). Dalam
periodisasi Sejarah Buton telah mencatat dua Fase penting yaitu masa Pemerintahan
Kerajaan sejak tahun 1332 sampai pertengahan abad ke – 16 dengan diperintah
oleh 6 (enam) orang rajadiantaranya 2 orang raja perempuan yaitu WaKaaKaa
dan Bulawambona. Kedua raja ini merupakan bukti bahwa sejak masa lalu
derajat kaum perempuan sudah mendapat tempat yang istimewa dalam masyarakat
Buton. Fase kedua adalah masa Pemerintahan Kesultanan sejak masuknya
agama Islam di Kerajaan Buton pada tahun 948 Hijriah ( 1542 Masehi ) bersamaan
dilantiknya Laki La Ponto sebagai Sultan Buton I dengan Gelar Sultan
MurhumKaimuddinKhalifatulKhamis sampai pada Muhammad FalihiKaimuddin sebagai
Sultan Buton ke – 38 yang berakhir tahun 1960.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar