Senin, 18 Maret 2013

Makanan Khas Masyarakat Buton





KASUAMI, pernah mendengar kata ini? Ini adalah kata untuk penyebutan makanan khas masyarakat Sulawesi Tenggara. Makanan ini berbahan baku dari singkong (ketela pohon atau ubi kayu) yang diparut kemudian dikukus dan dibentuk seperti tumpeng atau gunungan berbentuk segitiga namun dengan ukuran agak kecil. Warnanya ada yang dibuat hitam agak keungu-unguan atau putih kekuning-kuningan, tergantung keinginan ketika membuatnya. Dinamakan kasuami, menurut penuturan beberapa orang yang saya kenal.
karena makanan yang berbahan baku dari singkong ini harus dipadukan dengan ikan sebagai lauk utamanya, jadi tak boleh dipisahkan, layaknya suami-istri. Makanan ini sangat “serasi”, salah satu bahan mengandung banyak karbohidrat, sementara pendamping utamanya (ikan laut) merupakan sumber protein yang tinggi. Ikan laut biasanya dalam bentuk ikan bakar dan ikan dengan bumbu yang berkuah. Namun demikian, makanan ini juga disuguhkan dengan sayuran semacam buah pepaya muda, daun pepaya, bunga pepaya, dan daun sigkong. Dan tak lupa, yang juga mencirikan kekhasan aroma makanan ini adalah sambal tomat super pedas yang diiris-iris tanpa dihancurkan (diulek) dengan tetesan jeruk nipis. Jeruk nipis ini untuk “mengeliminir” aroma amis ikan laut yang dibakar maupun yang dimasak dengan kuah. Disamping itu, kasuami dapat juga “disandingkan” dengan bahan lain semacam kacang merah sehingga nilai gizinya lebih tinggi dan bervariatif rasanya.



KABUTO adalah makanan khas Masyarakat Muna dan Buton Kepulauan di Sulawesi Tenggara yang tergolong unik. Dikatakan unik lantaran bahan dasar menu makanan yang mirip bahasa jepang itu adalah ubi kayu atau singkong yang telah dikeringkan dan dibiarkan berjamur. Semakin lama disimpan dalam keadaan kering maka akan makin enak rasa dan aroma makanan ini kala disantap. Apalagi bila dicampur kelapa parut dan ditambah menu ikan asin goreng sebagai lauknya.. tambah mantap. Cara menyiapkan makanan inipun tergolong sangat praktis dan simpel. Singkong yang telah kering tadi dipotong-potong dan beri air secukupnya lalu dimasak sampai benar-benar matang selama kira-kira satu jam. Sambil menunggu sang Kabuto benar-benar masak, kita bisa menyiapkan kelapa parut sebagai campuran utamanya. Bisa juga dengan menyiapkan ikan asin goreng sebagai pendamping atau lauk untuk makanan khas masyarakat Muna-Butonini.
Dilihat dari kandungan gizinya, Kabuto termasuk makanan yang kandungan gizinya kurang. Hal ini disebabkan karena singkong kering memang bernilai gizi rendah. Menu khas ini masih kita jumpai di desa-desa nelayan pesisir pantai Sulawesi Tenggara. Bisa jadi masyarakat masih mempertahankan makanan ini karena harganya yang tergolong sangat murah dan membuatnyapun sangat mudah








Tidak ada komentar:

Posting Komentar