KASUAMI, pernah mendengar kata ini? Ini
adalah kata untuk penyebutan makanan khas masyarakat Sulawesi Tenggara.
Makanan ini berbahan baku dari singkong (ketela pohon atau ubi kayu)
yang diparut kemudian dikukus dan dibentuk seperti tumpeng atau gunungan
berbentuk segitiga namun dengan ukuran agak kecil. Warnanya ada yang dibuat
hitam agak keungu-unguan atau putih kekuning-kuningan, tergantung keinginan
ketika membuatnya. Dinamakan kasuami, menurut penuturan beberapa orang yang
saya kenal.
karena makanan yang berbahan baku
dari singkong ini harus dipadukan dengan ikan sebagai lauk utamanya, jadi tak
boleh dipisahkan, layaknya suami-istri. Makanan ini sangat “serasi”, salah satu
bahan mengandung banyak karbohidrat, sementara pendamping utamanya (ikan laut)
merupakan sumber protein yang tinggi. Ikan laut biasanya dalam bentuk ikan
bakar dan ikan dengan bumbu yang berkuah. Namun demikian, makanan ini juga
disuguhkan dengan sayuran semacam buah pepaya muda, daun pepaya, bunga pepaya,
dan daun sigkong. Dan tak lupa, yang juga mencirikan kekhasan aroma makanan ini
adalah sambal tomat super pedas yang diiris-iris tanpa dihancurkan (diulek)
dengan tetesan jeruk nipis. Jeruk nipis ini untuk “mengeliminir” aroma
amis ikan laut yang dibakar maupun yang dimasak dengan kuah. Disamping itu,
kasuami dapat juga “disandingkan” dengan bahan lain semacam kacang merah
sehingga nilai gizinya lebih tinggi dan bervariatif rasanya.
KABUTO adalah makanan khas Masyarakat
Muna dan Buton Kepulauan di Sulawesi Tenggara yang tergolong unik.
Dikatakan unik lantaran bahan dasar menu makanan yang mirip bahasa jepang itu
adalah ubi kayu atau singkong yang telah dikeringkan dan dibiarkan berjamur.
Semakin lama disimpan dalam keadaan kering maka akan makin enak rasa dan aroma
makanan ini kala disantap. Apalagi bila dicampur kelapa parut dan ditambah menu
ikan asin goreng sebagai lauknya.. tambah mantap. Cara menyiapkan
makanan inipun tergolong sangat praktis dan simpel. Singkong yang telah kering
tadi dipotong-potong dan beri air secukupnya lalu dimasak sampai benar-benar
matang selama kira-kira satu jam. Sambil menunggu sang Kabuto benar-benar
masak, kita bisa menyiapkan kelapa parut sebagai campuran utamanya. Bisa juga
dengan menyiapkan ikan asin goreng sebagai pendamping atau lauk untuk makanan
khas masyarakat Muna-Butonini.
Dilihat dari kandungan gizinya,
Kabuto termasuk makanan yang kandungan gizinya kurang. Hal ini disebabkan
karena singkong kering memang bernilai gizi rendah. Menu khas ini masih kita
jumpai di desa-desa nelayan pesisir pantai Sulawesi Tenggara. Bisa jadi
masyarakat masih mempertahankan makanan ini karena harganya yang tergolong
sangat murah dan membuatnyapun sangat mudah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar